Oleh. FDA Widodo
Jadi ingat pertama kali datang ke Paris, dengan pakaian seadanya dalam kondisi dingin yang menggigit. Terus harus cari-cari alamat untuk menemukan tempat salah satu teman "lokal" sini. Sebenarnya sedikit tulisannya sudah dimuat di blog lama, tapi gak ada salah kan jika tak rilis ulang lagi dengan sedikit agak formal tulisannya. Begini ceritanya :
Kota Paris namanya. Siapa yang tak kenal kota yang konon
merupakan simbol dari “keromantisan” dan “percintaan” (sudah sedikit diulik-ulik di blog sebelumnya). Sehingga tidak salah jika kota ini menjadi
impian banyak orang untuk sekedar “hello” atau foto narsis di depan menara yang
menjadi simbolnya, ya menara tua Eiffel alias Eiffel Tower namanya.
Nah, untuk kali ini mungkin tidak akan banyak cerita perjalanan kami
selama mengunjungi Eiffel ataupun tempat-tempat indah di Paris lainnya, seperti
Museum Louvre, Sungai Sein, Notre-Dame, Basilica, dan lain-lain, tapi daku justru terkesan ketika melakukan perjalanan singkat di avenue atau jalan yang telah
diabadikan dalam sebuah nyanyian lalu dibawakan merdu oleh Joe Dassin. Jalan itu bernama jalan “Champs-Élysées”.
diabadikan dalam sebuah nyanyian lalu dibawakan merdu oleh Joe Dassin. Jalan itu bernama jalan “Champs-Élysées”.
Je me baladais sur l’avenue
Le coeur ouvert à l’inconnu
J’avais envie de dire bonjour
À n’importe qui
N’importe qui ce fut toi
Je t’ai dit n’importe quoi
Il suffisait de te parler
Pour t’apprivoiser
Le coeur ouvert à l’inconnu
J’avais envie de dire bonjour
À n’importe qui
N’importe qui ce fut toi
Je t’ai dit n’importe quoi
Il suffisait de te parler
Pour t’apprivoiser
Aux Champs-Élysées
Aux Champs-Élysées
Au soleil, sous la pluie
À midi ou à minuit
Il y a tout ce que vous voulez
Aux Champs-Élysées
Aux Champs-Élysées
Au soleil, sous la pluie
À midi ou à minuit
Il y a tout ce que vous voulez
Aux Champs-Élysées
Tu m’as dit : “J’ai rendez-vous
Dans un sous-sol avec des fous
Qui vivent la guitare à la main
Du soir au matin”
Alors je t’ai accompagnée
On a chanté, on a dansé
Et l’on n’a même pas pensé
À s’embrasser
……..
Dans un sous-sol avec des fous
Qui vivent la guitare à la main
Du soir au matin”
Alors je t’ai accompagnée
On a chanté, on a dansé
Et l’on n’a même pas pensé
À s’embrasser
……..
Avenue Champs-Élysées atau jalan yang merupakan “main
road” Kota Paris ini memang terletak di jantung Kota Paris dan merupakan akses
jalan utama untuk menuju pusat Kota Paris dari bagian Barat yang dimulai dari
gerbang utama Arc de Triomphe.
Dibandingkan jalan-jalan utama lainnya, mungkin hanya jalan ini yang banyak
sekali dijumpai tempat belanja buat orang-orang yang memiliki kantong “tebal”
tentunya. Disepanjang jalan Champs-Élysées
dari Arc de Triomphe hingga ke titik tengah jalan berupa tiang yang dinamakan Concorde dengan latar belakang
sebuah roda putar raksasa, banyak terlihat
toko-toko cosmetics, baju, tas, parfume, sepatu, dan lain-lainnya yang
terkenal di Paris (bahkan di dunia) berada di jalur utama jalan ini. Sebut saja Bottega Veneta, Dior,
Saint-Laurent, dan lainya. “Untung, gak
punya uang banyak. Kalau banyak uang, mungkin bisa habis di toko-toko
itu,” bisikku lirih. Tidak hanya itu,
toko-toko lain seperti tempat makan dan pusat hiburan bertebaran di sepanjang
jalan ini. Semua ini menambah kenyamanan
dan kehangatan bagi para pelancong yang berada di area jalan ini.
“Ramai sekali manusia
disini…!!”, jerit dalam hatiku. Enaknya, walaupun ramai tapi tidak
macet. Memang, sangat beragam manusia yang kami temui di sepanjang jalan,
dari RAS A sampai RAS Z, mungkin ada disini.
Entah, mereka warga Perancis, atau para turis yang memang hendak
berpelesiran di Kota Paris ini.
Sambil sesekali melihat
toko-toko lux tersebut atau sesekali berhenti sejenak oleh karena beberapa
atraksi dari musisi jalanan yang menarik, kami menyusuri jalan ini. Hingga tiba-tiba, ada yang berteriak di depan
kami. “haiiiii...apa kabar???”, begitu teriaknya sembari memanggil nama kami
berdua. “ya ampun..!!kok bisa ketemu
disini???”, sahut kami hampir berbarengan.
Selanjutnya bisa ditebak, kami pun segera terlibat
perbincangan-perbincangan yang telah lama tidak kami lakukan. Kami seakan tidak perduli lagi kondisi kami
pada waktu itu sedang di jalan. Kami
juga tidak terpengaruh hiruk pikuknya manusia yang lalu lang di sekitar
kami. Sungguh, hal yang sangat
menyenangkan ketika kita semua yang selama ini terpisahkan oleh jarak dan
waktu, tiba-tiba secara tidak disengaja dipertemukan kembali.
Setelah berbincang-bincang
sekitar 20 menit, teman-teman lama kami ini mengajak untuk makan malam di
restoran yang cukup terkenal di jalan ini.
Mereka mau traktir kami. hahahahaha.. Kebetulan sekali, saya dan teman
perjalanan memang sedang lapar sekali. “uhuuuyyy…!”, seru kami. Tidak lebih dari 10 menit jalan kaki, akhirnya
kami ber-4 pun singgah di salah satu restoran di pojok bioskop 21 Champs-Élysées.
Tak menunggu lama (sekitar 20
menit), di depan kami telah tersaji aneka hidangan khas Perancis. “ hmmm…mau
coba yang mana nih?”, bagi kami, semuanya terlihat enak dan menarik, apalagi
cara penyajian makanannya yang atraktif, semuanya menambah cita rasa masakan
yang ada di depan kami. Yah, kami
sendiri sudah tidak perduli lagi apakah itu makanan pembuka, makanan utama,
ataupun penutup. “Ayo makan..!!!”
Banyak perbincangan kami
teruskan selama kami makan. Mereka tanya
tentang kabar teman-teman lain di Indonesia, tentang kondisi Indonesia
sekarang, sampai kapan kami di Paris, dan lain-lainnya. Kami pun juga menanyakan tetang keadaan
mereka, dari keluarga, pekerjaan mereka sekarang, dan lain sebagainya. Hingga tak terasa hampir 1 jam kami berada di
restoran ini. Setelah mereka saling rebutan
untuk membayar bill makanan yang
telah kami santap, kami pun segera beranjak menuju tempat lain di Champs-Élysées.
Ternyata, mereka akan menjadi pemandu pribadi kami. Mereka akan mengantar kami ke beberapa tempat
tujuan wisata Kota Paris, salah satu tempat eksotik di ujung jalan
Champs-Élysées ini, namanya Arc de
Triomphe. Setelah kurang lebih 20
menit jalan, tibalah kami di TKP. Megah dan terkesan eksotik.
Padahal, bangunan persegi 4 ini hanya merupakan suatu monumen nasional kota
Paris, tapi daya tarik nya memang luar biasa.
Tidak menunggu lama, setelah
jepret sana-jepret sini di sekitar Arc de Triomphe, kami pun segera melanjutkan
perjalanan menuju ke lokasi lain. Hingga
akhirnya waktu kami berpisah dengan sahabat lama tibalah jua. Yah, kami harus kembali lagi ke penginapan
kami masing-masing dan demikian juga mereka harus kembali ke rumah
masing-masing. Sayang, esok mereka harus
kerja seperti biasa, jadi tidak bisa menemani ekplorasi kami di Kota Paris
ini. Tapi tak apa-apa, yang penting kami
tetap saling kontak selama di Paris. Setelah
saling mengucapkan “Au revoir et a bientot”, kami pun berpisah di ujung jalan
Champs-Élysées itu lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar