Mengenal
lebih dekat “Istana Kematian”
Oleh.
FDA Widodo
Les
Catacombes de Paris namanya atau The Catacombs of Paris. Ini adalah salah satu tempat penting jika hendak
mengenal tentang sejarah Paris setelah The
Musée Carnavalet dan Achaeological
Crypt in the parvis of Notre-Dame. Le
Catacombes atau The Catacombs sendiri berada di wilayah Paris 14 dan berdekatan
dengan stasiun kereta Metro-RER, Denfert-Rochereau. Jadi, untuk mencapai tempat ini, paling enak
adalah menggunakan akses kereta metro jalur 4 dan 6 atau kereta RER B. Atau bisa juga menggunakan jalur Bus nomor 38
dam 68.
Banyak
orang bilang, jika nama itu memang menyiratkan arti sebenarnya dari sebuah
benda, obyek, orang, atau tempat. Jadi,
ketika mendengar nama Catacombs ini, pikiran dan perasaan jadi
agak-agak
gimana gitu. Setelah diamati lebih
lanjut, ternyata di dalam Bahasa Inggris, Catacombes
atau Catacombs sendiri diartikan sebagai
gua besar atau terowongan bawah tanah dimana mayat-mayat manusia dibaringkan
atau dikubur. Begitu juga dengan Catacombes de Paris ini. Di tempat inilah terbaring jutaan kerangka
dan tengkorak manusia yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk
layer-layer. Konon, layer-layer yang
berjajar ini terdiri lebih dari 6 juta kerangka orang Paris dan wajar saja jika
tempat ini menjadi tempat “penyimpanan” atau makam kerangka manusia terbesar di
dunia. Oleh karena itulah, the Catacombs
dikenal dengan sebutan “Istana Kematian” atau beberapa orang menyebutkannya
sebagai “Istana Necropolis” tempat dimana pelaku-pelaku sihir (Necromancer) berdiam. Hal ini bukan hanya kebetulan saja atau cerita
kosong belaka, karena disinilah segala kengerian yang ada berdiam. Berbekal cerita di film Catacombs (2007) yang
ditambah lagi dengan browsing dari internet, lalu dipanas-panasi oleh cerita
teman-teman disini, maka dimulailah penelurusan ke tempat dimana jutaan
kerangka manusia tersebut terbaring.
Setelah
dari kereta Metro Paris tiba di Denfert Rochereau, kami bergegas melakukan
sedikit perjalanan ke arah Utara stasiun.
Sekitar 5 menit, kami pun tiba di depan pintu masuk lokasi Catacombs
ini. Pintu masuknya kecil dan hanya pas
untuk antrian satu jalur saja. Di depan
pintu ada penjaga yang akan memeriksa bawaan kita. Setelah melewati penjaga ini, kami pun tiba
di depan loket penjualan tiket dan memesan tiket masuk ke lokasi. Untung saja, kami kesini bukan long weekend atau hari libur, karena menurut
teman-teman jika kami kesini di hari tersebut maka kami harus mengantri
setidaknya 1 jam lamanya. Oleh karena
itulah, tidak lebih dari 5 menit waktu untuk urus pertiketan, kami pun segera
menuju pintu masuk terowongan.
Pintu
masuk terowongan ini berupa tangga turun.
Tangga turun yang memang mungkin disengaja untuk muat satu orang saja
ini dibuat melingkar sehingga pengunjung tidak akan merasa “gamang” ketika
harus harus menuruninya. Lebih kurang
selama 10 menit menuruni tangga yang kami sendiri tidak tahu berapa dalamnya, sampailah
kami di satu ruang yang cukup lebar. Ternyata ruang ini adalah ruang informasi yang
menginformasikan tentang Catacombs sendiri, dari sejarah didirikannya, alasan
didirikan, hingga informasi yang terkait lainnya.
Dari
cerita papan informasi yang ditampilkan dalam tiga bahasa yaitu Perancis,
Inggris, dan Spanyol tersebut, disebutkan bahwa the Catacombs adalah julukan
untuk nama makam “creation of the Paris
Municipal Ossuary”. Sebelum jadi
tempat penyimpanan tulang kerangka orang Paris, tempat ini adalah sebuah daerah
pertambangan yang menambang materi dasar untuk memproduksi gysum. Dulu, gypsum inilah yang
digunakan sebagai bahan utama untuk mendirikan bangunan-bangunan yang semuanya
dimaksudkan untuk membangun Kota Paris.
Gereja Notre-Dame, Sacre Coer, dan gereja-gereja tua lainnya, Musée
(museum) atau Palais (istana) di Paris, dan lain sebagainya adalah beberapa
contoh bangunan yang menggunakan bahan dasar gypsum dari lokasi penambangan
catacombs dulu. Disebutkan juga, jika
pendirian Catacombs ini adalah atas prakarsa Alexandre Lenoir yang memiliki wewenang
pemerintahan di Paris. Dia menganjurkan untuk
mengubah areal tambang gypsum yang terbengkalai dijadikan sebagai "Ossuary" karena tidak cukupnya
areal pemakaman waktu itu oleh akibat adanya kematian massal penduduk Paris
karena dampak polusi (Revolusi Perancis).
Maka selanjutnya pada tanggal 7 April 1786 resmilah tambang gypsum ini
menjadi Ossuary (Catacombs). Ossuary ini
sendiri diartikan sebagai diletakkannya tulang belulang manusia yang sebelumnya
dibakar atau sisa-sisa tulang. tempat
dimana terkumpulnya kerangka manusia. Cukup
lama kami berada di ruang yang mengiformasikan secara terperinci tentang
Catacombs, selanjutnya kami pun segera meneruskan penelurusan di Catacombs ini
lebih dalam lagi.
Setelah
melewati berliku-liku temaramnya terowongan yang dibangun rapi oleh para
penambang dan juga beberapa waktu lalu direnovasi oleh pemerintah Perancis
untuk menguatkan terowongan itu sendiri, kami pun berhadapan dengan gerbang masuk
tempat dimana jutaan kerangka manusia terbaring. Sebelum masuk, kami sempat membaca beberapa
tulisan yang berada di salah satu pojok dinding. Tulisan ini ditulis dalam bahasa Perancis dengan
huruf kapital tegas, “vous Êtes
invite À ne rien toucher, et À ne pas fumer dans l'ossuaire” yang
jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, “Kalian diundang untuk tidak menyentuh
apapun dan tidak merokok di dalam Ossuari ini”.
Selanjutnya tulisan lain adalah berupa pesan buat pengunjung untuk tidak
memotret dengan cahaya flash,
memegang kerangka-kerangka, ataupun merusaknya.
Setelah memahami aturan main ke dalam makam, maka mulailah kami memasuki
makam Ossuari ini yang terlihat lebih remang-remang lagi dibanding terowongan
yang telah kami lewati. Pintu gerbangnya
hanya cukup untuk masuk satu orang saja, terbuat dari gysum dengan profil polos. Selain itu kondisi penerangan ruangan di
depan sangat minim sehingga terlihat makin menyeramkan. Tapi langkah kami tiba-tiba terhenti. Mulut kami terkunci dan mata kami tak
berkedip melihat tulisan remang-remang di atas pintu gerbang makam yang cukup
membuat kami terkesiap, “ArrÈte! c'est
ici l'empire de la mort!!” (Stop!Inilah Istana Kematian!!). Walaupun jantung dan pikiran kami jadi tambah
tidak karuan, kami tetap mencoba memasuki makam ini.
Mata
kami tercenung dan mulut kami terkunci melihat tumpukan kepala dan
tulang-tulang yang berjejer rapi. Tulang
kering (betis), tulang paha, dan tengkorak manusia disusun sedemikian rupa
sehingga mirip layer-layer. Ada beberapa
tengkorak yang sudah tidak utuh lagi, mungkin karena pelapukan atau karena
memang aslinya sudah rusak dari dulu. Dibeberapa tumpukan tulang, kami juga
melihat beberapa bagian tulang kaki atau tulang paha yang sudah patah,
menghitam, dan keropos. Sepanjang
perjalanan di makam ini, pikiran kami bertanya-tanya, “Siapakah orangnya yang
bisa dengan tenang membuat tumpukan kerangka manusia yang hasilnya begitu
rapi?”.
Setelah
sekitar 50 meter kami melangkah sambil mengamati tumpukan-tumpukan kerang
tersebut, kami berhenti. Kami lihat,
beberapa tengkorak ditulis nama orang.
Setelah dihitung, ada sekitar 6 tengkorak yang ditulis nama-nama
orang. Agaknya, beberapa pengunjung atau
mungkin seseorang telah mencoret-coret tengkorak tersebut. Sayang sekali, vandalisme telah memasuki
Catacombs ini. Jadi teringat beberapa
tulisan di papan informasi, bahwa Catacombs pernah ditutup tahun 2009 oleh
karena adanya vandalisme, mungkin ini adalah salah satu sisa korban kejahilan
tangan pengunjung.
Waktu
hampir tak terasa lagi buat kami yang terlalu sibuk untuk mengamati tiap
susunan tulang dan tengkorak manusia.
Sehingga, hampir 1 jam lamanya kami berdua menyusuri ossuari ini hingga
akhirnya tibalah kami pada ruang terakhir Catacombs yang diperkenankan untuk
dilihat pengunjung. Di depan kami telah
menunggu pintu keluar ossuari. Pintu ini
kami rasakan agak berbeda dengan waktu masuk.
Pintu keluar ini justru sempit dan tangganya lebih curam ke atas. Di papan informasi dituliskan jika pintu
keluar ini terdiri dari 83 anak tangga, jadi jika mau memanjat harus
pelan-pelan. Tapi bagi yang masih
terlalu lelah untuk naik, lebih baik istirahat terlebih dahulu. Kebetulan, pihak dari pengelola Catacombs
menyediakan tempat santai setelah menyusuri makam di dalam ossuari ini.
Walaupun
ada ruangan untuk melepas lelah, kami putuskan untuk langsung keluar. Memang, jalan keluar terowongan ini cenderung
curam ke atas arahnya dan diperlukan sekitar 10 menit buat kami untuk mencapai
permukaan. Ketika kami keluar dari
terowongan, maka yang tampak adalah sudut lain dari Catacombs, yaitu tampilan
toko cindera mata khas Catacombs yang menjual beragam bentuk tulang atau
tengkorak dengan segala ragamnya.
Sebelum
kami pulang, kami sempat berbagi cerita dengan salah satu pemandu Catacombs
ini. Dari penuturannya, diceritakan
bahwa jika areal Catacombs ini sangat luas sekali. Panjang terowongannya sendiri kurang lebih
186 mil atau lebih dari 260 km. Oleh
karena itu, sebenarnya Catacombs sendiri tidak hanya memiliki satu pintu
keluar, tapi banyak tersebar di beberapa tempat di Paris. Jadi, jika areal yang bisa dikunjungi untuk
umum kurang dari 5 km (ossuari dan terowongannya), maka bisa dibayangkan betapa
luasnya areal terowongan ini. Selain itu
juga, terowongan di Catacombs ternyata tidak melulu hanya sebagai tempat
penampungan terakhir tengkorak warga Paris, tapi juga dengan adanya
terowongan-terowongan di Catacombs ini warga Paris pernah menjadikannya sebagai
perlindungan dari serangan Nazi pada era Perang Dunia I.
Hari
telah berangkat senja dan tak terasa 20 menit sudah waktu terlewati selama bercengkrama
dengan pemandu tersebut, maka selanjutnya
saatnya bagi kami harus kembali.
kredit foto : fda widodo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar