Selasa, 03 Mei 2016

Riuhnya Pasar Natal (memory)



Sambutan Meriah Warga Paris untuk menyambut Natal


Oleh. FDA Widodo

Kalau sudah mendekati akhir tahun, bisa dipastikan hampir semua orang akan merayakan pesta.  Tidak hanya pesta untuk merayakan Natal (bagi umat Nasrani) ataupun perayaan pesta Tahun Baru.  Tidak terkecuali di Perancis, terutama Kota Paris.  Sebulan sebelum Natal, Kota Paris sedang “panas-panas”nya untuk berhias.  Tiap sudut kotanya

berhiaskan pernik-pernik dan aksesoris yang berbau “Natal”.  Ya, Perancis sedang mempersiapkan agenda tahunan mereka, yaitu mempersiapkan perayaan Natal.  Jadi tidak heran jika di sepanjang jalan utama banyak ditemukan patung-patung berukuran “jumbo” yang berbentuk rusa-rusa penarik kereta salju dan patung Santa Claus yang terkenal dengan kostumnya yang hampir 100% berwarna merah dengan perut buncit, berjenggot putih, sepatu bot besar, dan kantong bawaan yang berisi hadiah buat anak-anak yang baik, atau juga dapat dilihat begitu menawannya salju-salju yang menutupi pohon-pohon cemara yang digantungi bola-bola warna warni dengan lampu-lampu hias yang dililitkan seluruh pohon, hingga patung-patung mungil berbentuk manusia dan hewan yang merupakan simbol dan ciri khas dari Natal lainnya.  Tidak hanya sepanjang pinggir jalan, tapi juga di komplek pertokoan atau mall yang juga menghias bangunan dengan atribut dan aksesoris Natal.  Lampu hias yang berkelap-kelip, megah menjulang pohon Natal, dan lain sebagainya.


 
Namun, ada satu hal menarik yang dapat dijumpai disini.  Selain hiasan pernak-pernik Natal, dijumpai juga adanya Pasar Natal atau dalam istilah Perancis-nya “Marché de Noël”. Seperti perayaan persiapan Natal berupa tahun-tahun sebelumnya, beberapa kota besar di Kota Paris seperti La Défense atau di pusat Kota Paris sendiri yang menggunakan pinggir jalan untuk sebagai tempat “warung dadakan” yang berupa bangunan kayu, unik, dan etnik.  Bangunan-bangunan tersebut berjejer rapi di kanan dan kiri jalan sepanjang jalan utama, Avenue des Champs-Élysées.  Warung-warung ini lah yang dikenal dengan Pasar Natal.
 
Sama seperti dengan istilah “pasar” pada umumnya.  Pasar Natal di Kota Paris ini adalah merupakan tempat jualan aneka macam produk.  Salah satunya minuman tradisional  untuk menyambut Natal adalah “vin chaud” atau istilahnya “anggur panas”.  Dengan menyisikan uang sekitar 3-4 euro/gelas kecil atau 5-6 euro/gelas besar, kita bisa mencicipi minuman tradisional dari Eropa ini.  Atau kita juga dapat mencicipi minuman khas lainnya seperti Bière de Noël (Bir Natal) atau minuman khas Natal dari Belgia, “chocolate chaud” (coklat panas).  

Tidak hanya minuman, makanan khas Perancis pun diperjualbelikan di beberapa toko di Pasar Natar ini.  Sebut saja “crepes” yang cukup populer di Indonesia.  Panganan ringan ini bisa dinikmati dengan selai coklat, gula pasir, madu, atau selai buah dan ditambah dengan segelas minuman hangat.  “hmmm...nikmatttt...”.  


Ternyata setelah dilihat dengan cermat lagi, panganan yang dapat ditemukan di Pasar Natal Kota Paris ini tidak hanya crepes.  Ada juga panganan lainnya, seperti “beignet” atau “chici” (istilah panganan yang digoreng dari Eropa).  Hampir mirip dengan gorengan dari Indonesia, gorengan disini juga terbuat dari bahan tepung terigu, mentega, telur, dan minyak untuk menggorengnya, dan ada juga gorengan dari bahan nanas atau pisang.  Selain beignet, juga ada panganan yang disebut “gaufres”.  Gaufres atau lebih dikenal dengan sebutan “waffel” ini merupakan makanan khas Eropa Utara terutama Brussel (Belgia).

 Hal ini mungkin berbeda dengan kota kecil seperti La Défense.  Ketika memasuki kota kecil ini, terlihat jika La Défense memiliki Pasar Natal yang terfokus pada satu area lapang.  Mirip dengan Pasar Natal di Kota Paris, tapi untuk kesan artistiknya, agaknya Kota La Défense lebih menarik dalam pengemasannya.  Area makanan, area minuman, area aksesoris dan pernak-pernik Natal serta souvenir lainnya terpisah dengan rapi.  Mungkin yang menjadi kesamaan dari Pasar Natal di tempat berbeda tersebut adalah banyaknya toko yang menjual souvenir, aksesori, dan pernak-pernik untuk menambah semaraknya Perayaan Natal nanti.  

 

La Défense ini sendiri merupakan kota kecil di pinggiran sebelah Utara wilayah Kota Paris.  Walaupun di pinggiran Kota Paris, kota ini terkenal karena sering dijadikan konser musik atau lainnya dari para artis Perancis maupun dari luar Perancis.  Kota ini terkenal sebagai tempat konser seni karena memiliki panggung spektakuler di area lapang yang sekarang ini digunakan sebagai lokasi Pasar Natal.  Area lapang ini berada di pusat kota dan dikelilingi gedung-gedung menjulang dan megah.


Asal-usul Pasar Natal ?

Jika ditelisik lebih lanjut tentang Pasar Natal, ternyata tradisi Pasar Natal itu sendiri berasal dari Negara Jerman.  Sedangkan wilayah Perancis yang pertama mengadopsi acara “Marché de Noël” adalah Perancis Timur seperti Alsace.  Alsace yang notabene berada di Eropa Tengah adalah wilayah Perancis dan pernah dijuluki sebagai “provinsi yang hilang” ini, berbatasan langsung dengan Jerman dan Swiss.  Pada hakekatnya, warga asli Alsace adalah satu rumpun dengan warga asli Jerman, jadi untuk budaya dan bahasa asli nya, banyak kesamaannya.  Oleh karena itulah, dalam menyambut Natal, warga Alsace banyak sekali terpengaruh oleh budaya warga asli Jerman, salah satunya “Marché de Noël”.  Pasar Natal di wilayah Alsace atau di Jerman sendiri sempat menghilang beberapa tahun ketika Perang Dunia I melanda Eropa ketika berada dalam kekuasaan Nazi.  Dari informasi yang didapatkan teman-teman dari Alsace, Pasar Natal awalnya hanya merupakan pasar kecil tradisional yang cenderung sederhana.  Pasar ini lebih menonjolkan hiburan ringan buat anak-anak, beragam sajian makanan ringan dan minuman khas daerah yang murah-meriah, serta tak lupa aksesoris sederhana untuk menambah semaraknya Natal.


Entah, semenjak kapan Kota Paris mengadopsi istilah “Marché de Noël” ini sebagai agenda tahunan mereka.  Dari cerita beberapa teman di Paris, Pasar Natal di Paris lebih banyak menonjolkan sisi “hura-hura” dan gemerlapnya Kota Paris, sehingga mereka sendiri enggan untuk sering-sering mengunjungi pasar tersebut.  Biasanya para pengunjung Pasar Natal itu justru kebanyakan dari daerah atau negara lain, seperti Amerika, Inggris, Asia, bahkan negara tetangga seperti Jerman atau Swiss pun turut meramaikan jumlah pengunjung Pasar Natal tersebut.  


Menurut saya, hal ini wajar saja untuk Kota Paris yang selama ini diakui banyak orang sebagai “tempat wisata paling wah” di Eropa.  Sebut saja Eiffel tower, pusat hiburan malam “Moulin Rouge”, hingga Musem Louvre yang punya “senyum Monalisa” dan terkenal di dunia.  Jadi, dengan memberikan sensasi lebih pada “Marché de Noël”, diasumsikan akan lebih banyak mendatangkan wisatawan lagi ke Paris pada waktu musim gugur dan musim dingin di akhir tahun yang tahun ini menggigit suhunya. Brrrr.... jadi teringat, la vie est . . .

kredit foto : fda widodo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar