Kamis, 28 April 2016

Back to Nature di Indonesia

By. fdawidodo
Mulai dari mana ya untuk cerita...

Ok lah, mungkin daku akan sedikit mengulang kembali beberapa waktu yang lampau.

Ke Perancis mungkin adalah dambaan banyak orang, jadi beruntung juga ya daku bisa cuci muka di bawah menara tua Eiffel.  Weits, itu mungkin untuk sesaat saja.  Daku adalah penyuka kehidupan "liar" yang sangat bersahaja (boleh dong menyanjung diri sendiri dikit), jadi alam dengan kesahajaan di dalamnya adalah idola ku.  Hutan dengan aneka tumbuhan dan satwa (terutama pacet, hehehe) adalah tempat untuk bernaung yang nyaman dan tenteram.  Apalagi jika harus bicara tentang laut, mungkin topik "seksi" ini tidak akan pernah habis untuk jadi bahan perbincangan yang sips. Mulai dari masalah serius hingga masalah 'ecek-ecek' yang semakin menambah becek saja laut.

Memang, tidak ada yang lebih menarik lagi selain alam (ini jujur lo).  Mau apa aja, semua disediakan oleh alam.  Makan, minum, tempat istirahat, tempat nongkrong dengan teman-teman, tempat mojok asyik dengan pasangan, dan lain sebagainya telah disediakan oleh alam itu sendiri, dan semuanya itu FREE (harusnya sih demikian). Namun sayang, namanya manusia ya tetap saja manusia.  Dikasih hati malah minta ampela juga.  Illegal logging dan pembukaan lahan hutan untuk tanaman lain yang katanya lebih menjanjikan (kelapa sawit), perburuan satwa dilindungi (seperti harimau, beruang, trenggiling, dan teman-temannya) yang katanya untuk pembuatan obat-obat yang berguna untuk manusia (hmmm...pura-pura gak tahu lah), ataupun hanya sekedar untuk pajangan di rumah yang katanya lebih "sreg" jika ada sesuatu yang berestetika tinggi. Ah... Jadi ingat kata-kata penasehat dan guru, "Di Indonesia itu, banyak sekali Doktor dan Profesor di bidang kehutananan, tapi tetap saja tidak bisa menjaga hutannya menjadi lebih baik (daku pura-pura gak ngerti lah).


Tidak hanya keberadaan hutan saja yang dikenal dunia terhadap Indonesia (baik tentang isyu illegal logging, perburuan satwa, perluasan lahan kelapa sawit, dan lain-lain), tapi laut juga telah membuat Indonesia semakin dikenal lagi.  Dimulai dari problem pencurian ikan oleh pihak asing, penggunaan alat tangkap yang merusak laut, hingga keindahan dan kekayaan bawah laut serta pantainya yang semog dan slemohai, telah membuat banyak pihak terkait (baik wisatawan maupun investor) datang berduyun-duyun ke Indonesia.  Ada yang mengaku NGOs yang bisa memberikan modal untuk menjaga kelestarian laut (sekaligus hutannya), ada yang menginvestasi uang untuk eksplorasi bawah laut demi setetes minyak, atau produk energi lainnya, hingga investor yang meng-keep suatu tempat untuk tempat wisata (sekaligus untuk tempat "leyeh-leyeh" si empunya) yang katanya bisa mendongkrak perekonomian (bukan hanya mendongkrak mobil) dan pembangunan di tempat bersangkutan.  


Semuanya memang indah sepertinya. Itu yang daku lihat, dengar, rasa, cermati, dan pahami.  Daku tidak tahu, apakah itu baik atau tidak.  Karena semuanya kembali ke "la vie est . . ."


kredit foto : fdawidodo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar