Kamis, 05 Mei 2016

Berkunjung ke Kerajaan Tengkorak "Les Catacombes de Paris"

Mengenal lebih dekat “Istana Kematian” 


Oleh. FDA Widodo


Les Catacombes de Paris namanya atau The Catacombs of Paris.  Ini adalah salah satu tempat penting jika hendak mengenal tentang sejarah Paris setelah The Musée Carnavalet dan Achaeological Crypt in the parvis of Notre-Dame.  Le Catacombes atau The Catacombs sendiri berada di wilayah Paris 14 dan berdekatan dengan stasiun kereta Metro-RER, Denfert-Rochereau.  Jadi, untuk mencapai tempat ini, paling enak adalah menggunakan akses kereta metro jalur 4 dan 6 atau kereta RER B.  Atau bisa juga menggunakan jalur Bus nomor 38 dam 68.
 

Banyak orang bilang, jika nama itu memang menyiratkan arti sebenarnya dari sebuah benda, obyek, orang, atau tempat.  Jadi, ketika mendengar nama Catacombs ini, pikiran dan perasaan jadi


agak-agak gimana gitu.    Setelah diamati lebih lanjut, ternyata di dalam Bahasa Inggris, Catacombes atau Catacombs sendiri diartikan sebagai gua besar atau terowongan bawah tanah dimana mayat-mayat manusia dibaringkan atau dikubur.  Begitu juga dengan Catacombes de Paris ini.  Di tempat inilah terbaring jutaan kerangka dan tengkorak manusia yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk layer-layer.  Konon, layer-layer yang berjajar ini terdiri lebih dari 6 juta kerangka orang Paris dan wajar saja jika tempat ini menjadi tempat “penyimpanan” atau makam kerangka manusia terbesar di dunia.  Oleh karena itulah, the Catacombs dikenal dengan sebutan “Istana Kematian” atau beberapa orang menyebutkannya sebagai “Istana Necropolis” tempat dimana pelaku-pelaku sihir (Necromancer) berdiam.  Hal ini bukan hanya kebetulan saja atau cerita kosong belaka, karena disinilah segala kengerian yang ada berdiam.  Berbekal cerita di film Catacombs (2007) yang ditambah lagi dengan browsing dari internet, lalu dipanas-panasi oleh cerita teman-teman disini, maka dimulailah penelurusan ke tempat dimana jutaan kerangka manusia tersebut terbaring.

 


Setelah dari kereta Metro Paris tiba di Denfert Rochereau, kami bergegas melakukan sedikit perjalanan ke arah Utara stasiun.  Sekitar 5 menit, kami pun tiba di depan pintu masuk lokasi Catacombs ini.  Pintu masuknya kecil dan hanya pas untuk antrian satu jalur saja.  Di depan pintu ada penjaga yang akan memeriksa bawaan kita.  Setelah melewati penjaga ini, kami pun tiba di depan loket penjualan tiket dan memesan tiket masuk ke lokasi.  Untung saja, kami kesini bukan long weekend atau hari libur, karena menurut teman-teman jika kami kesini di hari tersebut maka kami harus mengantri setidaknya 1 jam lamanya.  Oleh karena itulah, tidak lebih dari 5 menit waktu untuk urus pertiketan, kami pun segera menuju pintu masuk terowongan.    

Pintu masuk terowongan ini berupa tangga turun.  Tangga turun yang memang mungkin disengaja untuk muat satu orang saja ini dibuat melingkar sehingga pengunjung tidak akan merasa “gamang” ketika harus harus menuruninya.  Lebih kurang selama 10 menit menuruni tangga yang kami sendiri tidak tahu berapa dalamnya, sampailah kami di satu ruang yang cukup lebar.   Ternyata ruang ini adalah ruang informasi yang menginformasikan tentang Catacombs sendiri, dari sejarah didirikannya, alasan didirikan, hingga informasi yang terkait lainnya.  

Dari cerita papan informasi yang ditampilkan dalam tiga bahasa yaitu Perancis, Inggris, dan Spanyol tersebut, disebutkan bahwa the Catacombs adalah julukan untuk nama makam “creation of the Paris Municipal Ossuary”.  Sebelum jadi tempat penyimpanan tulang kerangka orang Paris, tempat ini adalah sebuah daerah pertambangan yang menambang materi dasar untuk memproduksi gysum.  Dulu, gypsum inilah yang digunakan sebagai bahan utama untuk mendirikan bangunan-bangunan yang semuanya dimaksudkan untuk membangun Kota Paris.  Gereja Notre-Dame, Sacre Coer, dan gereja-gereja tua lainnya, Musée (museum) atau Palais (istana) di Paris, dan lain sebagainya adalah beberapa contoh bangunan yang menggunakan bahan dasar gypsum dari lokasi penambangan catacombs dulu.  Disebutkan juga, jika pendirian Catacombs ini adalah atas prakarsa Alexandre Lenoir yang memiliki wewenang pemerintahan di Paris.  Dia menganjurkan untuk mengubah areal tambang gypsum yang terbengkalai dijadikan sebagai "Ossuary" karena tidak cukupnya areal pemakaman waktu itu oleh akibat adanya kematian massal penduduk Paris karena dampak polusi (Revolusi Perancis).  Maka selanjutnya pada tanggal 7 April 1786 resmilah tambang gypsum ini menjadi Ossuary (Catacombs).  Ossuary ini sendiri diartikan sebagai diletakkannya tulang belulang manusia yang sebelumnya dibakar atau sisa-sisa tulang.  tempat dimana terkumpulnya kerangka manusia.  Cukup lama kami berada di ruang yang mengiformasikan secara terperinci tentang Catacombs, selanjutnya kami pun segera meneruskan penelurusan di Catacombs ini lebih dalam lagi.
 
 

Setelah melewati berliku-liku temaramnya terowongan yang dibangun rapi oleh para penambang dan juga beberapa waktu lalu direnovasi oleh pemerintah Perancis untuk menguatkan terowongan itu sendiri, kami pun berhadapan dengan gerbang masuk tempat dimana jutaan kerangka manusia terbaring.  Sebelum masuk, kami sempat membaca beberapa tulisan yang berada di salah satu pojok dinding.  Tulisan ini ditulis dalam bahasa Perancis dengan huruf kapital tegas,  vous Êtes invite À ne rien toucher, et À ne pas fumer dans l'ossuaire” yang jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, “Kalian diundang untuk tidak menyentuh apapun dan tidak merokok di dalam Ossuari ini”.  Selanjutnya tulisan lain adalah berupa pesan buat pengunjung untuk tidak memotret dengan cahaya flash, memegang kerangka-kerangka, ataupun merusaknya.  Setelah memahami aturan main ke dalam makam, maka mulailah kami memasuki makam Ossuari ini yang terlihat lebih remang-remang lagi dibanding terowongan yang telah kami lewati.  Pintu gerbangnya hanya cukup untuk masuk satu orang saja, terbuat dari gysum dengan profil polos.  Selain itu kondisi penerangan ruangan di depan sangat minim sehingga terlihat makin menyeramkan.  Tapi langkah kami tiba-tiba terhenti.  Mulut kami terkunci dan mata kami tak berkedip melihat tulisan remang-remang di atas pintu gerbang makam yang cukup membuat kami terkesiap, “ArrÈte! c'est ici l'empire de la mort!!” (Stop!Inilah Istana Kematian!!).  Walaupun jantung dan pikiran kami jadi tambah tidak karuan, kami tetap mencoba memasuki makam ini.  
 
 

Mata kami tercenung dan mulut kami terkunci melihat tumpukan kepala dan tulang-tulang yang berjejer rapi.  Tulang kering (betis), tulang paha, dan tengkorak manusia disusun sedemikian rupa sehingga mirip layer-layer.  Ada beberapa tengkorak yang sudah tidak utuh lagi, mungkin karena pelapukan atau karena memang aslinya sudah rusak dari dulu. Dibeberapa tumpukan tulang, kami juga melihat beberapa bagian tulang kaki atau tulang paha yang sudah patah, menghitam, dan keropos.  Sepanjang perjalanan di makam ini, pikiran kami bertanya-tanya, “Siapakah orangnya yang bisa dengan tenang membuat tumpukan kerangka manusia yang hasilnya begitu rapi?”.
 

Setelah sekitar 50 meter kami melangkah sambil mengamati tumpukan-tumpukan kerang tersebut, kami berhenti.  Kami lihat, beberapa tengkorak ditulis nama orang.  Setelah dihitung, ada sekitar 6 tengkorak yang ditulis nama-nama orang.  Agaknya, beberapa pengunjung atau mungkin seseorang telah mencoret-coret tengkorak tersebut.  Sayang sekali, vandalisme telah memasuki Catacombs ini.  Jadi teringat beberapa tulisan di papan informasi, bahwa Catacombs pernah ditutup tahun 2009 oleh karena adanya vandalisme, mungkin ini adalah salah satu sisa korban kejahilan tangan pengunjung.


 
Waktu hampir tak terasa lagi buat kami yang terlalu sibuk untuk mengamati tiap susunan tulang dan tengkorak manusia.  Sehingga, hampir 1 jam lamanya kami berdua menyusuri ossuari ini hingga akhirnya tibalah kami pada ruang terakhir Catacombs yang diperkenankan untuk dilihat pengunjung.  Di depan kami telah menunggu pintu keluar ossuari.  Pintu ini kami rasakan agak berbeda dengan waktu masuk.  Pintu keluar ini justru sempit dan tangganya lebih curam ke atas.  Di papan informasi dituliskan jika pintu keluar ini terdiri dari 83 anak tangga, jadi jika mau memanjat harus pelan-pelan.  Tapi bagi yang masih terlalu lelah untuk naik, lebih baik istirahat terlebih dahulu.  Kebetulan, pihak dari pengelola Catacombs menyediakan tempat santai setelah menyusuri makam di dalam ossuari ini.  
 

Walaupun ada ruangan untuk melepas lelah, kami putuskan untuk langsung keluar.  Memang, jalan keluar terowongan ini cenderung curam ke atas arahnya dan diperlukan sekitar 10 menit buat kami untuk mencapai permukaan.  Ketika kami keluar dari terowongan, maka yang tampak adalah sudut lain dari Catacombs, yaitu tampilan toko cindera mata khas Catacombs yang menjual beragam bentuk tulang atau tengkorak dengan segala ragamnya.


 
Sebelum kami pulang, kami sempat berbagi cerita dengan salah satu pemandu Catacombs ini.  Dari penuturannya, diceritakan bahwa jika areal Catacombs ini sangat luas sekali.  Panjang terowongannya sendiri kurang lebih 186 mil atau lebih dari 260 km.  Oleh karena itu, sebenarnya Catacombs sendiri tidak hanya memiliki satu pintu keluar, tapi banyak tersebar di beberapa tempat di Paris.  Jadi, jika areal yang bisa dikunjungi untuk umum kurang dari 5 km (ossuari dan terowongannya), maka bisa dibayangkan betapa luasnya areal terowongan ini.  Selain itu juga, terowongan di Catacombs ternyata tidak melulu hanya sebagai tempat penampungan terakhir tengkorak warga Paris, tapi juga dengan adanya terowongan-terowongan di Catacombs ini warga Paris pernah menjadikannya sebagai perlindungan dari serangan Nazi pada era Perang Dunia I.  

Hari telah berangkat senja dan tak terasa 20 menit sudah waktu terlewati selama bercengkrama dengan pemandu tersebut, maka selanjutnya saatnya bagi kami harus kembali.

kredit foto : fda widodo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar